Pergeseran Makna Kata yang Sering Terjadi Tanpa Kita Sadari. Cek Daftarnya!
BOODS.ID - Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang tidak bisa lepas dari diri manusia. Bahasa terbaik masih di pegang oleh bunyi/suara (verbal), karena berbahasa verbal merupakan cara yang paling mudah untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Bahasa lain yang sering digunakan adalah bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa visual, dan lain sebagainya.
Bahasa adalah hal yang paling dinamis, setiap hari akan muncul kosakata baru yang akan semakin memperkaya bahasa itu sendiri. Selain penambahan kosakata baru, ternyata bahasa juga dapat terjadi yang namanya pergeseran makna.
Pergeseran makna sebuah kata dapat terjadi karena beberapa hal berikut:
Adanya 'kesalahan' yang dianggap wajar
Kesalahan ini umumnya terjadi karena rendahnya seseorang terhadap penguasaan kosakata, biasanya hal ini terjadi karena orang tersebut kekurangan literasi. Penggunaan yang salah terus menerus dan berulang hingga pada tahap 'mempengaruhi' orang lain (mengajarkan kepada orang lain) akan mengubah makna yang sebenarnya dari kata tersebut. Hingga pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dan dianggap 'benar'.
Contoh kata yang dianggap benar namun salah.
- Acuh
Kita pasti berpikir bahwa makna acuh adalah "tidak peduli" padahal makan acuh yang sebenarnya adalah "peduli".
Contoh kalimat : "dia mengacuhkan diriku" jika kita mengacu kepada KBBI, makna yang sebenarnya dari kalimat tersebut adalah "dia memperdulikan diriku" namun kita terbiasa menggunakan kalimat diatas sebagi makna yang sebaliknya.
Frasa yang benar untuk menyatakan tidak peduli adalah "acuh tak acuh". Jika kita artikan frasa tersebut bermakna "peduli tak peduli" atau bisa disamakan dengan makna "tidak mau tahu".
- Bergeming
Kita sering mendengar frasa "tak bergeming" untuk menunjukkan makna "tak bergerak" padahal menurut KBBI bergeming bermakna "tidak bergerak". Jadi jika kita tambahkan kata "tidak/tak" sebelum kata "bergeming" berarti makna yang sebenarnya adalah "tidak -tidak bergerak" atau bermakna "bergerak".
- Besok
Sebagian orang beranggapan bahwa kata baku atau kata halusnya dari kata 'besok' adalah 'besuk'. Padahal kata 'besuk' memiliki makna tersendiri yaitu menjenguk atau mengunjungi. Penggunaan kata 'besuk' ini sudah menjadi kebiasaan yang salah kaprah di masyarakat. Sebagian dari mereka berpikir bahwa kata 'besok' adalah bahasa gaul, padahal kata tersebut adalah kata baku.
Sebagai analogi bahasa:
"Jadwal hari 'besuk' membesuk rina di rumah sakit"
Kalimat diatas tidak tepat, karena akan terjadi bias dan maknanya berubah jauh.
Kalimat "besuk membesuk" memiliki makna "saling menjenguk", maka kalimat diatas memiliki makna "jadwal hari 'saling menjenguk' rina di rumah sakit".
Kalimat yang benar adalah:
"Jadwal hari 'besok' membesuk rina di rumah sakit"
Kalimat tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa jadwal hari berikutnya adalah menjenguk rina di rumah sakit.
- Seronok
Buat kamu yang pernah menonton serial animasi dari Malaysia si Upin dan Ipin pasti sering mendengar kata "seronok". Ternyata di KBBI kata seronok juga ada, dan makna dari kata seronok pun sama yaitu "menyenangkan". Namun entah dari mana awal mulanya kita memaknai kata seronok sebagai kata yang berkonotasi negatif.
Digunakan sebagai bahan ejekan/hinaan
Ketika seseorang terbiasa mengucapkan kata tertentu sebagai bahan ejekan, maka lambat laun kata yang awalnya positif berubah menjadi negatif karena sering digunakan sebagai bahan ejekan/hinaan.
Contoh kata yang sebenarnya memiliki makna positif tapi berubah menjadi negatif.
- Autis
Autis merupakan salah satu dari beberapa kelompok anak yang menyandang akan berkebutuhan khusus (ABK), autisme ini lebih spesifik menjelaskan atau menggolongkan anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun, banyak orang yang menggunakan kata 'autis' tidak pada tempatnya, misalnya digunakan untuk mengejek seseorang, seperti "Autis lu", "orang autis" atau semacamnya. Ternyata penggunaan kata yang tidak pada tempatnya sebagai bahan ejekan akan menurunkan nilai sebuah kata.
- Anjing
Hewan anjing adalah hewan yang dekat dengan manusia, anjing menjadi hewan peliharaan yang paling disukai. Perilaku anjing pun sama dengan kucing, ada yang jinak dan setia kepada tuannya ada juga yang galak. Bahkan jika kita bandingkan dengan hewan buas lainnya, anjing sangatlah bermanfaat bagi manusia dibanding dengan harimau, singa, atau buaya yang bisa mengancam nyawa manusia.
Kita pasti sering sekali mendengar kata 'anjing' ini sebagai kata yang bermakna buruk atau negatif. Padahal kata tersebut berasal dari hewan berkaki empat yang sangat dekat dengan manusia. Namun kata 'anjing' saat diucapkan akan terdengar negatif karena sering digunakan untuk ungkapkan kebencian.
- Kafir
Kafir berasal dari Bahasa Arab yang memiliki nakna "tertutup/menutup". Di Al-Qur'an sendiri penyebutan kata "kafir" ini untuk menggolongkan suatu kaum yang tidak percaya kepada ajaran Islam. Dalam arti yang sebenarnya, kafir bermakna 'orang yang menutup diri dari agama Allah'. Allah menggolongkan orang diluar Islam dengan bahasa yang halus dan lembut, yaitu menyebut "kafir" atau "orang yang menutup diri dari agama Allah". Namun kata "kafir" sekarang ini terjadi pergeseran makna, sehingga orang-orang diluar Islam akan merasa tersinggung dengan istilah "kafir".
Beberapa tahun lalu pernah menjadi polemik, pasalnya orang-orang diluar Islam tersinggung dengan sebutan kafir, padahal diri mereka sangat jelas bahwa mereka menutup diri dari agama Allah. Pergeseran makna ini terjadi karena banyak orang-orang yang menggunakan kata "kafir" sebagai bahan ejekan dan hinaan. Misalnya mengucapkan kata kafir kepada orang-orang yang tidak menjalankan perintah Allah.
Selain itu, terjadinya ketersinggungan oleh orang-orang non muslim, khususnya dari kalangan kekristenan, karena di dalam kitab Kristen (Bible) juga mengadopsi kata "kafir" ini. Namun, pemaknaan kata "kafir" dalam ajaran Kristen berkonotasi negatif, terkutuk dan menjijikan. Kata aslinya dalam bahasa Aram ialah "Raka" yaitu sebuah kata makian atau umpatan. Kata "Raka" dalam Bible tersebut di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "Kafir". Hal ini berbeda dengan kata "kafir" dalam Islam yang memiliki makna yang halus dan sopan untuk penyebutan orang-orang diluar Islam.
Maka dari itu, teman-teman yang muslim harus lebih berhati-hati lagi saat menyebutkan kata kafir kepada orang kristiani, karena pemaknaan kafir dalam ajaran mereka berbeda dengan pemaknaan dalam Islam.
- Politik Identitas
Politik identitas adalah politik yang dasar utamanya dilakukan untuk merangkul kesamaan atas dasar persamaan-persamaan tertentu, seperti etnis, agama, nasib, golongan sampai jenis kelamin.
Cressida Heyes dalam bukunya yang berjudul Stanford Encyclopedia of Philosophy (2007) mengartikan politik identitas sebagai suatu jenis aktivitas politik yang dikaji secara teoritik berdasarkan pada pengalaman-pengalaman persamaan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh golongan tertentu.
Frasa politik identitas menjadi viral dan populer saat Pilgub DKI Jakarta tahun 2017 hingga saat ini. Frasa tersebut digunakan untuk menyerang lawan politiknya. Padahal dalam dunia politik, frasa politik identitas adalah hal yang wajar dan sudah ada dari dulu, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Misalnya politik melawan penjajah belanda yang atas dasar politik identitas pribumi, melawan penjajah atas dasar identitas agama, dan lain sebagainya.
Setelah Indonesia merdeka pun terjadi yang namanya politik identitas, saat awal-awal kemerdekaan dunia politik Indonesia terbagi menjadi 3 identitas, yaitu identitas komunis, identitas Islami, dan identitas nasionalis. Namun pada saat itu tidak pernah terjadi huru-hara karena berpolitik identitas.
Adanya frasa politik identitas menjadi berkonotasi negatif karena adanya orang-orang yang menggunakan frasa tersebut sebagai bahan serangan atau tuduhan kepada lawan politiknya. Hingga pada akhirnya, makna dari frasa "Politik Identitas" tergradasi dan menjadi berkonotasi negatif.
Digunakan sebagai bahan candaan / lelucon
Hampir sama dengan poin kedua, dengan menggunakan kata tertentu sebagai bahan candaan, maka lama-kelamaan kata tersebut mengalami penurunan makna.
Kita sering sekali mendengar dan melihat para komedian berkelakar di televisi. Pada kesempatan tertentu mereka ini menertawakan atau menjadikan bahasa sebagai lelucon atau candaan. Misalnya menertawakan saat ada orang berbahasa yang berbeda, misalnya berbahasa Banyumasan / Tegalan atau yang sering di kenal sebagai "bahasa ngapak".
Lambat laun jika hal tersebut tidak di hentikan maka saat ada orang yang menggunakan bahasa tersebut akan di tertawakan karena di anggap lucu. Padahal tidak sepantasnya kita menertawakan khazanah budaya Indonesia ini, seharusnya kita merawat, menjaga, dan melestarikan keragaman budaya agar tidak punah. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka orang-orang penutur bahasa Banyumasan atau Tegalan akan merasa malu dan minder, pada akhirnya mereka tidak menggunakannya lagi, dan akhirnya hilang.
Nah itulah penyebab terjadinya penurunan makna atau pergeseran makna. Semoga kita bisa belajar lagi sehingga kita memahami makna yang sebenarnya dari sebuah kata, frasa, atau kalimat.
Share ke teman-teman kamu jika menurut kamu bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Pergeseran Makna Kata yang Sering Terjadi Tanpa Kita Sadari. Cek Daftarnya!"
Silakan berkomentar dengan bijak, tidak mengandung ujaran kebencian, kalimat tidak pantas ataupun pornografi.